Sabtu, 19 Juli 2014

alternatif belajar bahasa inggris

Alternatif Belajar Bahasa Inggris

Ya, alternatif belajar bahasa inggris. Anda pasti mengetahui bahwa banyak cara-cara untuk belajar bahasa inggris, misalnya kursus bahasa inggris, bergaul dengan para bule, dll
Menurut sebagian besar orang Indonesia, bahasa inggris merupakan bahasa yang kompleks dan susah untuk dipakai. dan terbukti pada waktu sekolah kita pun sering males pada waktu elajar bahasa inggris (termasuk saya, hahaha…)
sempat pada waktu sma dulu kalau dah  masuk waktu belajar bahasa inggris, temen-temen ku pada menghelakan nafas
“ah…………., belajar bahasa inggris lagi!” katanya
kembali ke awal topik, gimana sih caranya belajar bahasa inggris yang cepat dan simple
Hm… Hm….
Pake flexi (becanda….)
Kembali serius.
caranya adalah mendengarkan musik-musik berbahasa inggris. eittt, tidak hanya mendengarkan lagunya, tapi ada langkah-langkahnya
yang pertama, siapkan lirik lagu berbahasa inggris tersebut terlebih dahulu, kalau tidak ada, coba search aja di google, insyaAlloh ada. Dijamin
yang kedua, siapkan kamus, baik kamus berbentuk software ataupun kamus berbentuk fisik, terserah saudara lah!, maksudnya apa untuk mempersiapkan kamus, maksudnya adalah, misalnya ada kata-kata yang tidak kita ketahui artinya, langsung deh kita cari artinya apa!
yang ketiga, nah ini yang intinya, yaitu menyetel lagunya, ya iyalah….
Cara ini menurutkku paling menyenangkan dan mengasikkan, betul gak? soalnya kita juga bisa belajar cara pengucapan mereka para bule. dan mungkin kita bisa berlagak sombong, karena bisa nyanyiin lagu bahasa inggris. eh…. ga boleh sombong atuh! sampaikan juga informasi ini ketemen2 yang lain, agar kita tidak menjadi orang yang tidak bisa bahasa inggris
coba deh dilakuin alternatif belajar bahasa inggris ini dari saya
insyaAlloh bermanfaat, semoga Alloh memberikan kita kemudahan untuk bisa berbahasa inggris.
Oke
let’s go to learn english !
ria andriani

perangkat pembelajaran bahasa inggris

Perangkat pembelajaran

Keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran sangatlah diharapkan, untuk memenuhi tujuan tersebut diperlukan suatu persiapan yang matang. Suparno (2002) mengemukakan sebelum guru mengajar (tahap persiapan) seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat-alat peraga/parktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa aktif belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa, kesemuanya ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran.
Suhadi, (2007:24) mengemukakan bahwa “Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.”  Dari uraian tersebut dapatlah dikemukakan bahwa perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, serangkaian perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas, berikut dalam tulisan ini kami membatasi perangkat pembelajaran hanya pada: (a) Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku siswa (BS), Buku Pegangan Guru (BPG), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar.
Berikut akan dipaparkan masing-masing perangkat pembelajaran yang dimaksud.
1)       Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan panduan kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran sekaligus uraian kegiatan siswa yang berhubungan dengan kegiatan guru yang dimaksudkan. RPP ini disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah disusun mengacu pada prinsip dan karakteristik pembelajaran yang dipilih berisi tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar, RPP yang disusun mencakup alokasi waktu  2 ´ 40 menit (khusus SMP) untuk setiap pertemuan (tatap muka).
Berkaitan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lebih lanjut O’Meara (2000) menyarankan agar dapat digunakan secara praktis oleh guru dan dapat dengan mudah diobservasi. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memuat tujuan isi atau materi pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, daftar pustaka dan penilaian. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun dengan baik, terurut dan didesain dengan baik.
2)       Buku
Buku sebagai rangkaian dari perangkat pembelajaran tentunya haru memberikan manfaat bagi guru khususnya siswa. Depdiknas (2008a:12) menjelaskan bahwa “Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya.” Lebih lanjut dijelaskan dari sumber yang sama (Depdiknas, 2008a:12), bahwa:
Buku sebagai bahan tertulis merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Sedangkan buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisnya.
Selain penjelasan tersebut, dalam bagian yang sama, dijelaskan bahwa “Buku pelajaran berisi ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar ….” (Depdiknas, 2008a:12).
Sumber lain tentang buku adalah Permendiknas RI No. 2 tahun 2008. Tentang buku panduan pendidik dijelaskan dalam bab I, pasal 1, butir 4, bahwa “Buku panduan  pendidik adalah buku yang memuat prinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, dan model pembelajaran untuk digunakan oleh para pendidik.” (Depdiknas, 2008b:2).
Beberapa batasan buku di atas menjelaskan bahwa buku sebagai salah satu bahan ajar jenis bahan cetak merupakan buku yang substansinya adalah pengetahuan, yang disusun berdasarkan analisis kurikulum, disusun untuk memudahkan guru dalam pembelajaran dan siswa belajar mencapai kompetensi yang ditetapkan kurikulum, dengan memperhatikan kebahasaan, kemenarikan, dan mencerminkan ide penulisnya. Buku yang memudahkan belajar siswa disebut buku siswa, dan buku yang memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran disebut sebagai buku panduan guru/pendidik, masing-masing memiliki struktur dan komponen yang khas.
Penyusunan bahan ajar cetak, khususnya buku, dijelaskan dalam Depdiknas (2008a:19) bahwa:
Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/ pengertian dari judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup pembahasan dalam buku, hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh yang diperlukan, hasil penelitian, data dan inter petasinya, berbagai argumen yang sesuai disajikan.
Lebih lanjut diuraikan langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam menulis buku sebagai pelengkap perangkat pembelajaran adalah: (1) menganalisis kurikulum, (2) menentukan judul buku yang akan ditulis, (3) merancang outline buku agar memenuhi aspek kecukupan,  (4) mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, (5) menulis buku dengan memperhatikan kebahasaan yang sesuai dengan pembacanya, (6) mengedit dan merevisi hasil tulisan, (7) memperbaiki tulisan,              (8) menggunakan berbagai sumber belajar yang relevan (Depdiknas, 2008a:20).
3)       Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Perangkat pembelajaran menjadi pendukung buku dalam pencapaian kompetensi dasar siswa adalah lembar kegiatan siswa (LKS). Lembar ini diperlukan guna mengarahkan proses belajar siswa, dimana pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik, maka dalam serangkaian langkah aktivitas siswa harus berkenaan dengan tugas-tugas dan pembentukan konsep matematika. Dengan adanya lembar kegiatan siswa ini, maka partisipasi aktif peserta didik sangat diharapkan, sehingga dapat memberikan kesempatan lebih luas dalam proses konstruksi pengetahuan dalam dirinya.
Trianto (2007a:73) menguraikan bahwa lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.
Untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa LKS, Depdiknas (2008b:23) menguraikan rambu-rambunya, bahwa LKS akan memuat paling tidak: judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian peralatan/ bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.
Langkah-langkah persiapan LKS dijelaskan dalam Depdiknas (2008a: 23-24) sebagai berikut:
a.       Analisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan materi pokok, pengalaman belajar siswa, dan kompetensi yang harus dicapai siswa.
b.       Menyusun peta kebutuhan LKS. Peta kebutuhan LKS berguna untuk mengetahui jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS.
c.        Menentukan judul-judul LKS. Judul LKS harus sesuai dengan KD, materi pokok dan pengalaman belajar.
d.       Penulisan LKS. Langkah-langkahnya: (1) perumusan KD yang harus dikuasai, (2) menentukan alat penilaian, (3) penyusunan materi dari berbagai sumber, (4) memperhatikan struktur LKS, yang meliputi: (a) judul, (b) petunjuk belajar, (c) kompetensi yang akan dicapai, (d) informasi pendukung, (e) tugas dan langkah-langkah kerja, dan (f) penilaian.
4)       Tes Hasil Belajar (THB)
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Kompetensi Dasar (KD)-nya dapat dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya KD, guru perlu mengadakan tes setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Fungsi penilaian ini adalah memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program berikutnya bagi siswa belum berhasil.
Tes hasil belajar menurut Trianto (2007a:76) adalah:
Butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, tes ini dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya serta lembar observasi penilaian psikomotor kinerja siswa.
Sejalan pendapat di atas, Hudoyo (1988:144) mengemukakan bahwa:
Cara menilai hasil belajar matematika biasanya menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai oleh seseorang yang belajar matematika. Di samping itu tes juga dipergunakan untuk menentukan seberapa jauh pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari.
Untuk mengukur hasil belajar digunakan tes hasil belajar, Subino, (1987) mengatakan bahwa Idealnnya sebelum tes dipergunakan maka tes tersebut harus memenuhi syarat-syarat tes yang baik memenuhi kriteria validitas dan reliabel. Validitas adalah ketepatan tes dalam mengukur apa yang harus diukur, seberapa baikkah tes tersebut dapat melaksanakan tugas yang diembannya, sedangkan realiabilitas adalah Kekonsistenan alat ukur (keanjengan).
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2008a. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Mandikdasmen, Depdiknas.
_______. 2008b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 2 tahun 2008 Tentang Buku. Jakarta: Depdiknas.
Hudoyo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Suparno,P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisus
Trianto, 2007a. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka
______. 2007b. Model Pembelajaran inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka
 

media pembelajaran bahasa inggris

Contoh Media Pembelajaran Bahasa Inggris SD, SMP, dan SMA

Contoh Media Pembelajaran Bahasa Inggris SD, SMP, dan SMA
Cara mudah belajar bahasa Inggris – Secara khusus, kami akan memberikan beberapa contoh media pembelajaran bahasa Inggris SD, SMP, dan SMA plus teknik penggunaanya. Di era pembelajaran bahasa Inggris modern ini, sudah seharusnya seorang guru keluar dari kebiasaan lama dimana mereka mengajar tanpa menggunakan media. Bahasa Inggris dewasa ini sudah sedemikian diperlukan, sehingga seorang siswa haruslah mencapai kemampuan berbahasa yang baik. Kendati demikian, prestasi tersebut akan sangat sulit dicapai apabila guru masih menggunakan cara yang sama seperti 5 atau 10 tahun yang lalu.

Dahulu, mungkin kita masih bisa mentoleransi kemampuan berbahasa Inggris siswa SD, SMP, dan SMA yang begitu rendah. Namun, saat ini semua telah berbeda. Seorang siswa akan sangat mudah menjumpai bahasa Inggris di lingkungan sekitarnya, dan apabila mereka tidak diberikan sistem pengajaran yang tepat, maka kemampuan mereka sangat buruk serta tertinggal. Ketertinggalan tersebut tentu saja berdampak langsung dengan kemajuan bangsa karena bahasa Inggris adalah kunci menuju dunia Internasional.

Kami mencoba menuangkan ide dengan cara memberikan teknik pengajaran menggunakan media pembelajaran bahasa Inggris untuk siswa SD, SMP, dan SMA untuk Anda para guru.


Media pembelajaran bahasa Inggris SD – Gambar ekspresi wajah


Salah satu contoh media pembelajaran bahasa Inggris SD adalah dengan menggunakan beragam gambar ekspresi seseorang. Anda menyiapkan banyak gambar kartun yang memberikan ekspresi wajah seseorang dalam kesehariannya. Misalkan, Anda mempunyai 5 gambar wajah dimana masing-masing menampilkan ekspresi senyum, tawa, tangis, cemberut, dan marah.

Pada tahap pertama, ambillah sebuah gambar yang memberikan ekspresi senyum, kemudian taruh gambar tersebut di dada Anda dan katakan “smile”, kemudian perintahkan siswa Anda untuk mengatakan hal yang sama yaitu “smile”. Pada tahap selanjutnya, ambillah gambar dengan ekspresi tertawa dan taruh di dada Anda sembari mengatakan “laugh”. Berikan instruksi kepada para siswa untuk mengikutinya. Kemudian, lakukan hal tersebut kepada gambar ekspresi lainnya.

Setelah Anda mencoba dengan kata-kata yang Anda contohkan, beralihlah untuk membuat mereka hafal. Namun jangan berikan sebuah catatan terlebih dahulu. Biarkan mereka berpikir untuk menghafal setiap ekspresi yang ada di gambar tersebut. Setelah mereka hafal, barulah Anda memberikan sebuah catatan khusus untuk kelima ekspresi tersebut.

Sejatinya teknik yang ada di atas, merupakan sebuah teknik yang diadaptasi dari Audio Lingual Method. Anak bukan diajarkan untuk mengetahui kosakata secara langsung, tetapi ia menjadi seseorang yang mempunyai nalar bahwa orang senyum adalah “smile” dan orang yang sedang tertawa adalah “laugh”. Mereka berpikir dengan cara menghubungkan ekspresi dengan kosakata bahasa Inggris.

Selain gambar ekspresi, Anda juga bisa memberikan kosakata lain misalnya dari kartu binatang dan buah-buahan. Tetapi ingat satu hal bahwa jangan dulu beri tulisan untuk dibaca oleh mereka. Biarkan siswa Anda berpikir secara lebih keras dalam rangka membangun nalar berbahasa.


Media pembelajaran bahasa Inggris SMP – Sepotong penggaris


Contoh media pembelajaran SMP adalah dengan menggunakan sepotong penggaris. Hanya penggaris? Ya tentu saja. Kami yakin bahwa dengan sepotong penggaris, maka seorang guru bisa menjelaskan hingga ke materi yang sangat sulit sekalipun. Bagaimana detail penggunaan penggaris tersebut? Kita lihat penjelasan media pembelajaran bahasa Inggris berikut ini.

Kali ini, buat murid atau siswa Anda belajar mengenai pronoun. Pertama, ambil sebuah penggaris dan letakkan di dada Anda. kemudian katakan “I have a ruler”, serta perintahkan semua siswa Anda untuk melakukan hal tersebut sembari berkata “I have a ruler”. Berikan instruksi kepada seorang siswa wanita untuk mengambil sebuah penggaris dan Anda berkata “she has a ruler”.

Perintahkan lagi semua siswa untuk mengatakan hal yang sama. Tahap selanjutnya, berikan instruksi kepada seorang siswa laki-laki untuk mengambil penggaris, kemudian Anda berkata “He has a ruler”. Berikan perintah kepada seluruh siswa untuk mengucapkan kalimat tersebut.

Ulangi teknik itu hingga siswa Anda bisa membedakan bahwa pria berarti He dan wanita berarti She. Kemudian lanjutkan menggunakan teknik tadi hingga mereka juga mengetahui arti dari they, you, it, her, his, our, his, her, them, us, hingga kata ganti kepemilikan.

Dengan sepotong penggaris, Anda bisa menciptakan nalar bagi setiap siswa agar mereka bisa berpikir bahwa He adalah pria, She adalah wanita, dan seterusnya. Teknik yang kami jabarkan di atas merupakan adaptasi dari sebuah metode Total physical response. Sangat simpel bukan? Cukup dengan sepotong penggaris.


Media pembelajaran bahasa Inggris SMA – Laptop/ MP3 Player/Tape Recorder


Contoh media pembelajaran bahasa Inggris SMA adalah dengan menggunakan laptop, MP3 Player, atau Tape Recorder. Milikilah salah satu dari ketiga alat elektronik tersebut untuk digunakan dalam pelajaran mendengarkan atau listening.

Pada fase SMA, seorang siswa harus diberikan materi mengenai bahasa Inggris yang diucapkan oleh orang asli dari Negara Amerika atau Inggris itu sendiri. Biarkan mereka belajar mengenai aksen sebuah bahasa dan bagaimana mengenali kata jika yang menyebutkan adalah orang-orang asli dari Negara asal bahasa Inggris tersebut.

Untuk membuat siswa Anda lebih nyaman, maka perdengarkanlah dahulu lagu-lagu bahasa Inggris. Kemudian, baru Anda putar dialog-dialog pendek yang diisi oleh native speakersatau pembicara asli.  

teknologi dalam pembelajaran bahasa inggris

Haruskah Bahasa Inggris dan Pendidikan Teknologi Dihilangkan dalam Kurikulum 2013?


Kurikulum 2013, yang mulai diberlakukan pada tahun pelajaran 2013-2014, mengandung beberapa kontroversi. Yaitu penghilangan pelajaran Bahasa Inggris dalam kurikulum SD, dan Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di kurikulum SD, SMP, dan SMA. Selain itu, pelajaran IPA dan IPS di SD “digabungkan” dengan pelajaran Bahasa Indonesia.
Pentingkah Bahasa Inggris dan Pendidikan Teknologi?
Tentu saja penting. Dalam menyongsong era globalisasi ini, penguasaan Bahasa Inggris tentunya semakin penting. Faktanya, orang yang menguasai Bahasa Inggris memiliki kesempatan dan peluang kerja lebih banyak dibandingkan yang tidak menguasai. Bahkan, seorang sopir taksi pun menguasai bahasa Inggris. Ini yang membuat penguasaan bahasa Inggris menjadi syarat wajib untuk mendapatkan pekerjaan. Bukan tidak mungkin, 10-20 tahun mendatang bahasa Inggris menjadi kebutuhan pokok masyarakat bangsa Indonesia. Begitupun pendidikan teknologi, perkembangan teknologi menjadi faktor bagi seseorang untuk menguasai teknologi. Penguasaan akan iptek sudah tidak perlu diragukan lagi, karena jika bangsa Indonesia tidak menguasai teknologi, bukan tidak mungkin, bangsa Indonesia akan tertinggal dari negara-negara lain. Untuk mempersiapkan itu, tentunya harus ada pendidikan teknologi dari sejak dini.
Efek tidak adanya pendidikan Teknologi dan bahasa Inggris
Tentu saja, dengan penghilangan 2 pelajaran tersebut dari kurikulum SD, dan penghilangan pelajaran teknologi sampai dengan SMA, mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Karena kedua pelajaran itu menjadi modal generasi muda di Indonesia untuk memajukan kehidupan bangsa di masa yang akan datang, penghilangan 2 pelajaran itu membuat menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan kualitas pendidikan yang semakin buruk, generasi yang dihasilkan akan semakin buruk. Belum lagi fasilitas pendidikan yang masih buruk.
Sains dan Teknologi di Indonesia masih rendah
Dalam survei salah satu lembaga, kualitas pendidikan sains di Indonesia masih berada dalam level memprihatinkan. Menurut salah satu sumber, kualitas pendidikan di Indonesia masih berada di level yang sangat mengkhawatirkan. Pendidikan matematika di Indonesia berada di peringkat ke 2 terendah dari 65 negara. Untuk memperbaikinya, tentu saja dengan menambah porsi pendidikan saintek di Indonesia. Usaha tersebut wajib dilakukan untuk memajukan kualitas SDM di Indonesia.
Pendidikan Seni, haruskah?
Dalam kurikulum 2013, salah satu pelajaran wajib adalah seni. Tapi menurut opini penulis, seharusnya kebijakan tersebut ditinjau kembali. Penulis pernah melihat keluhan seorang pelajar di Indonesia (melalui media sosial), bahwa tugas seni sangat memberatkan, lebih dari tugas pelajaran Matematika dan Sains. Tugas seni tersebut, ternyata membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar. Bagaimana mungkin, seorang pelajar yang belum terlatih atau mengenal pendidikan perfilman diwajibkan untuk membuat film panjang berdurasi 90 menit, lalu film tersebut harus ditayangkan di bioskop? Lalu, biaya yang diperlukan untuk shooting itu dianggap cukup besar, karena selain mengorbankan waktu liburan, shooting tersebut dilakukan di vila di luar kota, selama 1 minggu. Dan menurut penuturan pelajar tersebut, dalam naskah film itu terdapat adegan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Dua orang (laki-laki dan perempuan), berpelukan di dalam kamar. Itu tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan moral di Indonesia sudah dalam fase yang mengkhawatirkan. Padahal, seharusnya pelajar tidak dibebankan tugas yang seberat ini. Belum lagi dari pengakuannya, teman-teman sekelasnya sampai membolos dari sekolah, hanya untuk membicarakan tugas tersebut. Ini merupakan hal yang sangat buruk. Seharusnya tugas seberat itu tidak dibebankan kepada siswa.
Kenakalan Remaja
Salah satu problem pelajar saat ini, adalah maraknya tawuran pelajar. Di Jakarta Selatan, mungkin anda pernah mendengar 36 orang pelajar membajak kopaja. Atau 21 pelajar SMP membajak bus. Belum lagi kasus video mesum yang melibatkan pelajar SMP di Jakarta Pusat. Problem kenakalan remaja ini harus dapat diatasi oleh pendidikan karakter bangsa, yang dimuat dalam kurikulum.

pendidikan bahasa inggris SMA

Pendidikan Bahasa Inggris Remaja SMA Balikpapan

Pendidikan Bahasa Inggris Untuk Remaja SMA di Balikpapan

Seperti pada kota-kota lainnya di Indonesia, Balikpapan memiliki kurikulum yang sudah terstandarisasi, untuk pendidikan bahasa Inggris sekolahan, khususnya pendidikan bahasa Inggris untuk remaja SMA di Balikpapan, dimana mereka akan segera menghadapi Ujian Nasional yang akan menentukan masa depan di kehidupan karir mereka nantinya. Materi-materi yang dipelajari selama di SMA sedikit berbeda jika dibandingkan saat di Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan tentunya jauh berbeda jika dibandingkan dengan materi saat di Sekolah Dasar (SD).
Ketika sudah di SMA, pelajar diasumsikan telah paham akan materi dasar, seperti macam-macam Tenses, kosa kata umum, serta pembentukan kalimat tunggal dan majemuk. Dengan demikian, pada tahap ini pelajar difokuskan dalam ‘in-depth comprehension’ atau pendalaman pengertian bahasa itu sendiri. Pelajaran mencakup membaca (reading), mendengar (listening), berbicara (speaking) dan menulis (writing).
Reading kini tidak hanya sebatas membaca teks dari sebuah cerita, namun bisa dari berbagai macam medium lainnya, seperti artikel majalah, atau koran, potongan naskah berita atau film, dokumen penting seperti kontrak atau proposal, dan lain sebagainya. Kemudian konteks mencakup beragam jenis topik, seperti sejarah, politik, dan sampai dengan pariwisata. Lewat beragam jenis teks, dan tema yang diberikan, pelajar diharapkan untuk dapat menguasai teknik Skimming dan Scanning, dimana Skimming melatih kemampuan untuk membaca teks untuk memahami isi teks secara keseluruhan, sedangkan Scanning untuk melatih kemampuan mencari detil informasi dari teks.
Listening di sini guna melatih pemahaman pelajar saat mendengar percakapan atau monolog dalam bahasa Inggris. Tidak tertutup kemungkinan percakapan bahasa Inggris tersebut terdengar dalam berbagai macam aksen/dialek Inggris.
Speaking skills mencakup melatih kemampuan murid untuk berdialog ataupun membuat suatu monolog. Konteks bisa mencakup narasi cerita, peran drama, atau diskusi kelompok.
Writing kini tidak hanya berfokus kepada kemampuan murid untuk membuat cerita pendek dengan Grammar yang benar, namun juga kemampuan mereka untuk membuat cerita, atau dokumen tulisan lainnya dengan kalimat tunggal dan majemuk.
Pendidikan bahasa Inggris untuk remaja SMA di Balikpapan seperti di kota lainnya sudah mengalami perkembangan jauh, dan banyak soal-soal contoh yang bisa didapati dari berbagai jenis media, salah satunya internet. Dengan demikian mudah bagi siswa SMA untuk dapat belajar dengan sendirinya, namun tentunya tergantung motivasi diri mereka masing-masing. Perseverance comes with a reward. So, let’s start practicing!

pendidikan SMP tentang bahasa nggris

Belajar Membaca Bahasa Inggris Untuk Remaja SMP

Belajar Membaca Bahasa Inggris Untuk Remaja SMP

Jika diperhatikan, saat ini hampir rata-rata kemampuan bahasa Inggris para remaja SMP masih berada di bawah standard. Bahkan saat ini masih sering ditemui anak-anak remaja yang bahkan masih sering salah ketika membaca kata berbahasa Inggris. Tentunya hal ini sangatlah disayangkan, mengingat betapa pentingnya penguasaan bahasa Inggris dalam menjalin komunikasi kedepannya.
Jika melihat kasus diatas, tentunya belajar membaca bahasa Inggriss untuk remaja SMP masih harus ditekankan dalam lingkungan sekolah. Hal ini bisa dimulai dengan membiasakan diri membaca buku-buku berbahasa Inggris, atau setidaknya artikel berbahasa Inggris. Dengan mulai dari kebiasaan seperti ini, kemampuan membaca dan pronunciation siswa dirasa lebih mudah untuk ditingkatkan.
Atau jika sulit membangun kebiasaan membaca artikel berbahasa Inggris dari diri siswa sendiri, guru bisa saja memaksa mereka untuk melakukan hal tersebut. Meskipun konteksnya memaksa, namun tetap saja semuanya harus dilakukan selembut mungkin. Bawalah beberapa buku best seller berbahasa iNggris ke dalam kelas untuk di bahas dan dibaca bersama siswa. Dengan begini belajar membaca bahasa Inggris untuk remaja SMP akan terasa menyenangkan, sebab kita mengajak mereka untuk membaca dan membedah isi buku secara bersamaan.
Trik lain yang bisa digunakan untuk mendorong kebiasaan belajar membaca bahasa Inggris untuk remaja SMP adalah, dengan mengadakan kompetisi membaca bahasa Inggris di dalam sekolah. Coba lakukan hal ini secara berkala di dalam kelas, kemudian perlombakan juga para pemenangnya di level satu sekolah. Apalagi jika ditambah dengan hadiah, tentunya para siswa akan semakin terdorong dan termotivasi dalam belajar membaca bahasa Inggris untuk remaja SMP.

pendidikan SD bahasa inggris

Pendidikan Bahasa di Sekolah Dasar


  Pengajaran Bahasa Indonesia merupakan bagian dari pendidikan kebangsaan yang tidak tergantikan oleh bahasa mana pun.

Pendidikan dasar bidang bahasa di SD yang diwujudkan dengan pengajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional merupakan bagian dari upaya dan proses pendewasaan anak untuk membentuk konsep tentang dirinya dalam hubungan dengan jati dirinya dan lingkungannya. Ia mesti membangun wawasannya dalam hubungan dengan masa kini, masa lampau, dan masa depannya.

Pengajaran Bahasa Indonesia di SD bukan sekadar membangun keterampilan simak-bicara, baca-tulis, yakni keempat keterampilan bahasa pada tingkat awal. Dalam
pengajaran bahasa nasional, anak didik dengan bahasa yang dikuasainya mesti menghayati sistem kognitif dan emotif, sistem etik dan estetik, dan membangunnya untuk dirinya. Guru harus membimbing anak didiknya agar mampu menyerap bahan-bahan itu secara analitis untuk memperkaya batin si anak dan secara sintetis untuk diterapkan dalam kehidupannya. Pada dasarnya pendidikan bahasa nasional di SD adalah pendidikan humaniora untuk membentuk struktur batin dan perilaku pribadi Indonesia.

Pendidikan Bilingual?

Secara teoretis, anak manusia, termasuk anak Indonesia tentunya, punya potensi tak terbatas menyerap dan menerapkan kemampuan lebih dari satu bahasa: katakanlah bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing atau bahasa Indonesia dan salah satu bahasa warisan (bahasa daerah). Akan tetapi, hingga kini belum ada penelitian empiris tentang kemampuan longitudinal anak Indonesia yang biasa berbahasa asing dan berbahasa Indonesia. Kita hanya punya informasi anekdotal tentang anak-anak yang lancar bahasa Inggris dalam situasi informal.

Sudah tidak kita temui lagi orang Indonesia seperti Prof Hussein Djajadiningrat atau Prof Poerbatjaraka yang kreatif menulis karya ilmiah dalam bahasa asing, dalam hal ini bahasa Belanda. Sekarang pada zaman globalisasi yang lebih maju ini, ketika kita mempunyai makin banyak profesor dan ketika kita makin dijajah oleh bahasa Inggris, jarang kita jumpai penulis Indonesia yang kreatif menulis karya berbahasa Inggris atau bahasa asing lain.

Kita tahu ada di antara kita banyak yang mampu berbahasa Indonesia dan dalam situasi tertentu tetap fasih berbahasa warisan (bahasa daerah). Pertanyaannya: sampai umur berapa? Selamanyakah ajek dan berimbang? Mampukah orang menggunakan variasi formal dan variasi informal secara berimbang? Mampukah orang baca-tulis sampai umur lanjut?

Pertanyaan akan lebih banyak lagi tak terjawab bila masalah bilingualisme diterapkan dalam sistem pendidikan di sekolah. Bagaimana mungkin kita menjalankan program yang tidak didukung oleh kearifan masa lalu dan tanpa penelitian ilmiah yang meyakinkan? Pandangan pro-pendidikan bilingual biasanya dicarikan dukungan pada penelitian tentang wilayah-wilayah dunia yang mempunyai sejarah, aspirasi nasional, dan situasi sosiolinguistik yang berlainan dengan negeri kita.

Bahasa Inggris di SD?

Hiruk pikuk tentang pengajaran Bahasa Inggris berpunca pada ketidakpuasan orang akan kinerja para mahasiswa dan cendekiawan kita yang kemampuan bahasa Inggrisnya rendah (sehingga di perguruan tinggi harus diselenggarakan kuliah Bahasa Inggris, padahal bahasa ini sudah bertahun-tahun diajarkan di sekolah menengah). Banyak warga masyarakat merasa mampu berbahasa Inggris apabila sudah bisa casciscus dalam bahasa itu, padahal kita dituntut mampu baca dan tulis yang memadai bila ingin maju.

Rumpang yang terjadi ini mau dilemparkan ke pendidikan dasar, padahal semua subsistemnya tidak siap: guru tak dipersiapkan untuk mengajar bahasa Inggris, apalagi dalam bahasa Inggris; buku pelajaran tidak ada yang memenuhi syarat. Seperti biasa, pihak yang lemah, yang tidak mampu bersuara atau mempertahankan diri, yakni jajaran pendidikan dasar, dijadikan sasaran tembak dan kambing hitam segala masalah pendidikan nasional.
HUM . . . cyus aku gak ngerti gimana


writing skill

The most enjoyable way to improve your writing skills

By Jill Stewart

This story originally ran on PR Daily in April 2013. 

“If you don’t have time to read, you don’t have the time (or the tools) to write. Simple as that.” – Stephen King 


My best student writers are avid readers. 

I first made the connection when a student said she read Jane Austen with her mom at age 5. That student was a strong writer. Subliminally, I had probably known this reading/writing connection for a while, but that student, that class, and that biographical detail brought me to an “ah-ha” moment. 

Figuring out the formula for being a good writer—and how to teach the formula to the next generation—has become my passion. 

To make this connection, I created a “Favorite Authors” presentation so students could share their favorite works with one another, thereby reinforcing the value of reading. More than a few brag that they “don’t read many books.” 

I’ve heard reports on everyone from J.K. Rowling to F. Scott Fitzgerald to Dr. Seuss. But over the years I’ve noticed two things: The broad-ranging readers are also the strongest writers, and most students hate this exercise. What does pleasure reading have to do with writing a news release? They ask. 

Recently, a student commented on his experience with my class, asking for “less busy work,” specifically Favorite Authors. I bristled at the feedback. 

No surprise, that student struggled with good, clear, clean prose. 

I wondered, though—did he have a point? Determined to convince the majority of my students that reading makes them better writers in any media, I looked to some experts: 

Improve your writing skills, painlessly. In his new book, “How to Not Write Bad,” journalism professor Ben Yagoda supports the premise that reading matters. After 20 years of grading papers, Yagoda observes that “almost without exception, good writers read widely and frequently.” He further assures his audience that reading is the “best and most painless way to absorb the rules of the language.” 

Take advantage of your ability to read. Choreographer, author, and MacArthur genius Twyla Tharp quotes Mark Twain: “The man who does not read has no advantage over the man who cannot read.” In her book “The Creative Habit,” Tharp explores how she uses reading to inform her creative process, for growth and for inspiration. Most important, she reports reading “archeologically”—going from the present sources to earlier and earlier literature as she delves into a new topic. 

Land a job. Recently, I asked some former students about how they viewed the connection between reading and good writing. Here’s what one had to say: “I enjoyed that exercise [Favorite Authors]. I feel that it’s a good way for students to learn what their peers are reading and interested in, and it’s a way for students to learn about other authors that maybe they’d never heard of but might enjoy reading. … P.S. I got the internship.” 

See? Good readers are good writers. Good writers get hired for internships. I’m convinced. Now, how do I convince my students? 

Jill Stewart is a lecturer in the College of Communication at DePaul University in Chicago. She is convinced her reputation as a good-enough writer boosted her PR career. This story first appeared on her blog culpwrit

Reading skill

Improve Reading Comprehension


Here are six tips to improve reading comprehension in your early reader:
  1. Have him read aloud. This forces him to go slower, which gives him more time to process what he reads, which improves reading comprehension. Plus, he's not only seeing the words, he's hearing them, too. You can also take turns reading aloud.
  2. Provide the right kinds of books. Make sure your child gets lots of practice reading books that aren't too hard. She should recognize at least 90 percent of the words without any help. Stopping any more often than that to figure out a word makes it tough for her to focus on the overall meaning of the story.
  3. Reread to build fluency. To gain meaning from text and encourage reading comprehension, your child needs to read quickly and smoothly - a skill known as fluency. By the beginning of 3rd grade, for example, your child should be able to read 90 words a minute. Rereading familiar, simple books gives your child practice at decoding words quickly, so she'll become more fluent in her reading comprehension.
  4. Talk to the teacher. If your child is struggling mightily with reading comprehension, he may need more help with his reading — for example, building his vocabulary or practicing phonics skills.
  5. Supplement class reading. If your child's class is studying a particular theme, look for easy-to-read books or magazines on the topic. Some prior knowledge will help her make her way through tougher classroom texts and promote reading comprehension.
  6. Talk about what he's reading. This "verbal processing" helps him remember and think through the themes of the book. Ask questions before, during, and after a session to encourage reading comprehension. For example:
    Before: "What are you interested in about this book? What doesn't interest you?"
    During: "What's going on in the book? Is it turning out the way you thought it would? What do you think will happen next?"
    After: "Can you summarize the book? What did you like about it? What other books does it remind you of?"

speaking skill

Better Public Speaking

Becoming a Confident, Compelling Speaker

The Importance of Public Speaking

Even if you don't need to make regular presentations   in front of a group, there are plenty of situations where good public speaking skills can help you advance your career and create opportunities.
For example, you might have to talk about your organization at a conference, make a speech after accepting an award, or teach a class to new recruits. Public speaking also includes online presentations or talks; for instance, when training a virtual team, or when speaking to a group of customers in an online meeting.
Good public speaking skills are important in other areas of your life, as well. You might be asked to make a speech at a friend's wedding, give a eulogy for a loved one, or inspire a group of volunteers at a charity event.
In short, being a good public speaker can enhance your reputation, boost your self-confidence  , and open up countless opportunities.
However, while good public speaking skills can open doors, poor speaking skills can close them. For example, your boss might decide against promoting you after sitting through a poorly-delivered presentation. You might lose a valuable new contract by failing to connect with a prospect during a sales pitch. Or you could make a poor impression with your new team, because you trip over your words and don't look people in the eye.
Make sure that you learn how to speak well!

Strategies for Becoming a Better Speaker

What's great about public speaking is that it's a learnable skill. As such, you can use the following strategies to become a better speaker and presenter.

Plan Appropriately

First, make sure that you plan   your communication appropriately. Use tools like the Rhetorical Triangle  Monroe's Motivated Sequence  , and the 7Cs of Communication   to think about how you'll structure what you're going to say.
When you do this, think about how important a book's first paragraph is; if it doesn't grab you, you're likely going to put it down. The same principle goes for your speech: from the beginning, you need to intrigue your audience.
For example, you could start with an interesting statistic, headline, or fact that pertains to what you're talking about and resonates with your audience. You can also use story telling   as a powerful opener; our Expert Interviews with Annette Simmons and Paul Smith offer some useful tips on doing this.
Planning also helps you to think on your feet  . This is especially important for unpredictable question and answer sessions or last-minute communications.

Tip:

Remember that not all public speaking will be scheduled. You can make goodimpromptu speeches   by having ideas and mini-speeches pre-prepared. It also helps to have a good, thorough understanding of what's going on in your organization and industry.

Practice

There's a good reason that we say, "Practice makes perfect!" You simply cannot be a confident, compelling speaker without practice.
To get practice, seek opportunities to speak in front of others. For example,Toastmasters is a club geared specifically towards aspiring speakers, and you can get plenty of practice at Toastmasters sessions. You could also put yourself in situations that require public speaking, such as by cross-training a group from another department, or by volunteering to speak at team meetings.
If you're going to be delivering a presentation or prepared speech, create it as early as possible. The earlier you put it together, the more time you'll have to practice.
Practice it plenty of times alone, using the resources you'll rely on at the event, and, as you practice, tweak your words until they flow smoothly and easily.
Then, if appropriate, do a dummy run in front of a small audience: this will help you calm your jitters and make you feel more comfortable with the material. Your audience can also give you useful feedback  , both on your material and on your performance.

Engage With Your Audience

When you speak, try to engage your audience. This makes you feel less isolated as a speaker and keeps everyone involved with your message. If appropriate, askleading questions   targeted to individuals or groups, and encourage people to participate and ask questions.
Keep in mind that some words reduce your power as a speaker. For instance, think about how these sentences sound: "I just want to add that I think we can meet these goals" or "I just think this plan is a good one." The words "just" and "I think" limit your authority and conviction. Don't use them.
A similar word is "actually," as in, "Actually, I'd like to add that we were under budget last quarter." When you use "actually," it conveys a sense of submissiveness or even surprise. Instead, say what things are. "We were under budget last quarter" is clear and direct.
Also, pay attention to how you're speaking. If you're nervous, you might talk quickly. This increases the chances that you'll trip over your words, or say something you don't mean. Force yourself to slow down by breathing deeply. Don't be afraid to gather your thoughts; pauses are an important part of conversation, and they make you sound confident, natural, and authentic.
Finally, avoid reading word-for-word from your notes. Instead, make a list of important points on cue cards, or, as you get better at public speaking, try to memorize what you're going to say – you can still refer back to your cue cards when you need them.

Pay Attention to Body Language

If you're unaware of it, your body language   will give your audience constant, subtle clues about your inner state. If you're nervous, or if you don't believe in what you're saying, the audience can soon know.
Pay attention to your body language: stand up straight, take deep breaths, look people in the eye, and smile. Don't lean on one leg or use gestures that feel unnatural.
Many people prefer to speak behind a podium when giving presentations. While podiums can be useful for holding notes, they put a barrier between you and the audience. They can also become a "crutch," giving you a hiding place from the dozens or hundreds of eyes that are on you.
Instead of standing behind a podium, walk around and use gestures to engage the audience. This movement and energy will also come through in your voice, making it more active and passionate.

Think Positively

Positive thinking   can make a huge difference to the success of your communication, because it helps you feel more confident.
Fear makes it all too easy to slip into a cycle of negative self-talk, especially right before you speak, while self-sabotaging   thoughts such as "I'll never be good at this!" or "I'm going to fall flat on my face!" lower your confidence and increase the chances that you won't achieve what you're truly capable of.
Use affirmations   and visualization   to raise your confidence. This is especially important right before your speech or presentation. Visualize giving a successful presentation, and imagine how you'll feel once it's over and when you've made a positive difference for others. Use positive affirmations such as "I'm grateful I have the opportunity to help my audience" or "I'm going to do well!"

Cope With Nerves

How often have you listened to or watched a speaker who really messed up? Chances are, the answer is "not very often."
When we have to speak in front of others, we can envision terrible things happening. We imagine forgetting every point we want to make, passing out from our nervousness, or doing so horribly that we'll lose our job. But those things almost never come to pass! We build them up in our minds and end up more nervous than we need to be.
Many people cite public speaking as their biggest fear, and a fear of failure  is often at the root of this. Public speaking can lead your "fight or flight" response to kick in: adrenaline courses through your bloodstream, your heart rate increases, you sweat, and your breath becomes fast and shallow.
Although these symptoms can be annoying or even debilitating, the Inverted-U Model   shows that a certain amount of pressure enhances performance. By changing your mindset, you can use nervous energy to your advantage.
First, make an effort to stop thinking about yourself, your nervousness, and your fear. Instead, focus on your audience: what you're saying is "about them." Remember that you're trying to help or educate them in some way, and your message is more important than your fear. Concentrate on the audience's wants and needs, instead of your own.
If time allows, use deep breathing exercises   to slow your heart rate and give your body the oxygen it needs to perform. This is especially important right before you speak. Take deep breaths from your belly, hold each one for several seconds, and let it out slowly.
Crowds are more intimidating than individuals, so think of your speech as a conversation that you're having with one person. Although your audience may be 100 people, focus on one friendly face at a time, and talk to that person as if he or she is the only one in the room.

Watch Recordings of Your Speeches

Whenever possible, record your presentations and speeches. You can improve your speaking skills dramatically by watching yourself later, and then working on improving in areas that didn't go well.
As you watch, notice any verbal stalls, such as "um" or "like." Look at your body language: are you swaying, leaning on the podium, or leaning heavily on one leg? Are you looking at the audience? Did you smile? Did you speak clearly at all times?
Pay attention to your gestures. Do they appear natural or forced? Make sure that people can see them, especially if you're standing behind a podium.
Last, look at how you handled interruptions, such as a sneeze or a question that you weren't prepared for. Does your face show surprise, hesitation, or annoyance? If so, practice managing interruptions like these smoothly, so that you're even better next time.

Key Points

Chances are that you'll sometimes have to speak in public as part of your role. While this can seem intimidating, the benefits of being able to speak well outweigh any perceived fears. To become a better speaker, use the following strategies:
  • Plan appropriately.
  • Practice.
  • Engage with your audience.
  • Pay attention to body language.
  • Think positively.
  • Cope with your nerves.
  • Watch recordings of your speeches.
If you speak well in public, it can help you get a job or promotion, raise awareness for your team or organization, and educate others. The more you push yourself to speak in front of others, the better you'll become, and the more confidence you'll have.